Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Anggrek hitam merupakan salahsatu anggrek alam yang berasal dari Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1999 anggrek ini termasuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi.
Di alam keberadaan jenis anggrek ini terancam karena pengambilan yang berlebihan, terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek tersebut merupakan faktor yang mengancam kelestarian anggrek ini. Kegiatan pengeksploitasian yang berlebihan dan apabila terjadi terus-menerus, anggrek hitam akan mengalami kepunahan.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Tanaman anggrek dapat diperoleh melalui cara pembiakan secara vegetatif dan generatif. Secara alami pembiakan anggrek dengan cara generatif yang berasal dari biji hanya dapat tumbuh jika bersimbiosis dengan mikoriza. Biji anggrek hanya terdiri dari embrio dan testa (pelindung embrio) tanpa cadangan makanan atau endosperm. Jika bersimbiosis dengan mikoriza, anggrek dapat memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Pada umumnya tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami persentasenya sangat kecil.
Dengan berkembangnya teknik kultur in vitro, maka keberhasilan perkecambahan biji anggrek dapat ditingkatkan. Modifikasi media dapat meningkatkan produksi anggrek hitam ini secara kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dengan produksi hasil dari alam. Salahsatu modifikasi media yaitu penambahan persenyawaan organik kompleks sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek hitam tersebut serta penggunaan NAA, salahsatu jenis auksin sintetis banyak digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur invitro, karena akan mendorong pembentukan akar-akar baru pada selang konsentrasi tertentu. Dengan pertumbuhan akar yang sehat dan kuat akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada tahap aklimatisasi ke lapangan. Penelitian ini dilaksanakan Unit Kerja Laboratorium Kultur Jaringan Anggrek Kebun Raya Bogor. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Juni sampai bulan Desember 2002.
5 hari pengamatan plantlet selama di botol dan 1 bulan untuk melihat keberhasilan hidup di lapangan. Percobaan ini terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah 6 jenis media organik (tanpa bahan organik, air kelapa 250ml/l, pisang ambon 150g/l, kentang 200g/l, ubi jalar 150g/l, dan kedelai 150g/l) yang dikombinasikan dengan faktor ke-2 yaitu 5 taraf konsentrasi NAA (0 ppm, 5ppm, 10ppm, 15ppm dan 20ppm). Media dasar yang digunakan adalah komposisi media VW (Vacin & Went) dengan menambahkan gula pasir, arang aktif dan agar-agar. Bahan eksplan yang digunakan: semai hasil perkecambahan dari biji yang berumur 20bulan mempunyai tinggi masing-masing 3-6cm dengan jumlah daun 6-7 helai.
Tanaman hasil kultur invitro setelah pengamatan selama 5bulan selanjutnya diaklimatisasi ke media yang terdiri spagnum moss, arang dan pecahan genting dengan perbandingan 1:1:1, media tanaman yang dipakai terlebih dahulu direndam dalam air panas selama 1 jam kemudian ditirskan dengan tujuan untuk melestarikan media tumbuhan yang akan dipakai.
Parameter yang diamati: pembentukan akar (panjang akar dan jumlah akar). Panjang akar diukur pada saat panen sedangkan jumlah akar diukur setelah 2minggu penanaman. Pertumbuhan eksplan (tinggi eskplan, jumlah daun, jumlah tunas baru). Pengamatan dilakukan setelah 2minggu penanaman selain peubah di atas dilakukan pengamatan terhadap kondisi eksplan seperti pembentukan akar adventif, warna daun, persentase hidup eksplan dan persentase plantlet yang hidup di lapang. Pengamatan di botol dilakukan setiap 2 minggu selama 5 bulan dan untuk plantlet yang hidup di lapangan diamati selama 1bulan setelah plantlet keluar dari botol kultur.
Penambahan media Vacin dan Went dengan persenyawaan organik kompleks dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksi antara 2 faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter-parameter pertumbuhan, parameter pertumbuhan tersebut meliputi pembentukan akar baik panjang akar dan jumlah akar serta pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru.
Perbedaan jenis media organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah tunas. Jumlah akar dan panjang akar tertinggi diperoleh dari media VW dengan penambahan ubi jalar 150g/l. Tinggi eksplan dan jumlah daun terbaik diperoleh dari media VW + kentang 200g/l. Sedangkan untuk rata-rata terendah dari parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar pada media VW + kedelai 150g/l untuk 20 minggu setelah tanam (MST).
Zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh terhadap parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar, tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas. Faktor zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua parameter. Parameter tinggi serta jumlah daun konsentrasi NAA maksimum 0ppm, jumlah akar maksimum pada konsentrasi 2,1ppm sedangkan parameter jumlah tunas peningkatan NAA lebih dari 20ppm masih memungkinkan peningkatan jumlah tunas.
Peningkatan konsentrasi NAA mengakibatkan daya regenerasi tanaman menurun dan terhambat serta meningkatkan kematian untuk beberapa eksplan anggrek C. Pandurata. Terdapatnya zat-zat endogen/ auksin alami dalam eksplan yang mendorong eksplan untuk tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Interaksi antara jenis persenyawaan organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan baik tinggi plantlet, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar. Pemberian NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua media organik kecuali pada media VW + kedelai 150g/l berpengaruh nyata pada tingkat kuadratik. Pada parameter jumlah tunas, peningkatan NAA pada semua perlakuan media organik, konsentrasi NAA lebih dari 20 ppm dapat meningkatkan jumlah tunas.
Peranan zat tumbuh selain sebagai perangsang dapat pula berlaku sebagai penghambat, semuanya itu tergantung dari konsentrasi zat tersebut. Dengan meningkatnya konsentrasi NAA dalam media menyebabkan persentase kematian eksplan yang tinggi. Pada minggu ke-20 eksplan yang hidup untuk perlakuan NAA 0ppm 95.8%, NAA 5ppm 81.5%, NAA 10ppm 61.5%, NAA 15ppm 27.7% dan NAA 20ppm sebesar 14.5%.
NAA dengan konsentrasi rendah 0ppm (kontrol) dan 5ppm menghasilkan warna daun eksplan hijau tua. Meningkatnya konsentrasi NAA mengakibatkan warna daun kuning bahkan beberapa eksplan berwarna coklat dan mengalami kematian yang disebabkan oleh menurunnya jumlah klorofil dan rusaknya klorofil.
Plantlet yang memiliki persentase hidup yang tinggi setelah 4minggu aklimatisasi yaitu plantlet yang berasal dari eksplan yang diberi penambahan ekstrak ubi jalar 150g/l dengan konsentrasi NAA 0ppm, 5ppm dan 10ppm sebesar 100%.
Media Vacin dan Went dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150g/l dengan NAA 0ppm merupakan media yang terbaik untuk pertumbuhan
No comments:
Post a Comment