Saturday, March 28, 2009

Exotic New Orchids Discovered in New Guinea


October 18, 2006—With a blossom that looks a little like a snarling face, this newly discovered species of orchid is beautiful even when it's angry.

Scientists from the conservation nonprofit WWF discovered the flower, along with at least seven other new species of orchid, in the tropical rain forests of Papua New Guinea.

The researchers made the discoveries while surveying previously unexplored forests in the Kikori region on the southern coast of New Guinea's principal island

Over the course of three expeditions, the scientists collected some 300 orchid species, 8 of which have been confirmed as new to science, with 20 more still awaiting verification as new varieties.

Even before the find, Papua New Guinea claimed more known orchid species than any other country in the world.

"The island of New Guinea is an incredible gold mine of orchids," said Wayne Harris, a WWF researcher and botanist with Australia's Queensland Herbarium, in a statement on October 16.

"There are over 3,000 known species found here with countless varieties undoubtedly yet to be discovered."

WWF announced the find a week before the official launch of new wildlife management areas in Kikori, which will aim to protect the rain forests where the flowers were found.

New Shrew, Orchid Found in Philippines


August 7, 2007—You can bet this is one shrew species that hasn't been tamed.

The unnamed shrew (bottom) and an orchid were two new species discovered by scientists recently in Palawan, a large island in the southwestern Philippines (See a map of the islands).

The small brownish-black mammal is the first shrew to be discovered in the Philippines in 40 years, and it's thought to exist only on Palawan.

Both the shrew and the unnamed white-and-gold orchid were discovered high on Mount Mantalingahan, which at 6,840 feet (2,085 meters) is Palawan's tallest mountain.

The expedition led by Conservation International (CI) Philippines also identified several other rare species previously unknown on Palawan.

A pouch bat, a pin-tail parrot finch, a ground orchid, and a soft-furred mountain rat were all spotted by the scientists. The animals will help bring attention to the area's rich biological diversity, conservationists told the Philippine Daily Inquirer newspaper.

"These noteworthy discoveries and rediscoveries on Mount Mantalingahan will further strengthen ... our recommendation to have ... Palawan declared as [a] protected area," CI's Romeo Trono told the newspaper.

—Cori Sue Morris

Orchid Has "Active" Sex With Itself -- A Flower First?


Researchers say an extension of the male flower part, or anther, turns an upside-down loop to deliver spermlike pollen spores directly into the female cavity.

The anther bends to enter the female chamber from below and is secured in place by a ring structure on its stalk to ensure fertilization.

The flower is the first known plant in which pollination is entirely self-directed, with no outside agents or forces—such as bees or breezes—playing a role.

Biologists observed the elaborate style of reproduction in the bisexual orchid Holcoglossum amesianum, a tree-dwelling plant found in the dry forests of China's southern Yunnan Province

LaiQiang Huang of Tsinghua University in Shenzhen and colleagues studied the unusual flower. The team's findings will appear in tomorrow's issue of the journal Nature.

Pollinating Alone

In more conventional plant sex, creatures such as insects or birds transport pollen from one plant to another, resulting in a fertilized embryo or seed.

Most orchids reproduce in this way, and many are known for their elaborate floral structures (photo: South African Disa uniflora orchid) designed to attract specialized insect pollinators.

But pollen may also be transferred from male to female flowers on a single plant, or from male to female parts on a single blossom. In such cases, plants can fertilize themselves.

While less common in orchids, many flowering plants are known to self-fertilize either some or all of the time. Most rely on wind or fluid secretions to move pollen around.

But no other species does it quite like H. amesianum.

Friday, March 27, 2009

Menanam Anggrek


Anggrek merupakan tanaman hias yang beraneka ragam jenisnya. Menurut Schuttleworth et al., 1970, terdapat sekitar 25.000 jenis anggrek yang telah dideskripsikan. Tanaman anggrek sangat populer dan banyak digemari karena keindahan bentuk bunga dan baunya yang khas. Keindahan dan keanekaragaman anggrek terutama terlihat pada morfologi dan warna bunga, sedangkan bentuk vegetatif tanaman hampir serupa. Distribusi anggrek sangat luas dengan diversitas yang besar dan sebagian besar tanaman anggrek tumbuh di kawasan tropis dan subtropis.

Indonesia merupakan negara tropis dan memiliki kondisi lingkungan yang memenuhi syarat untuk menjamin kehidupan tanaman anggrek. Tanaman anggrek liar di Indonesia diperkirakan ada sekitar 5.000 jenis.

JENIS-JENIS TANAMAN ANGGREK BERDASARKAN HABITAT DAN TEMPAT HIDUPNYA

Dari tempat tumbuh dan habitatnya tanaman anggrek dapat dibedakan menjadi lima pengelompokan jenis, yaitu:

1) Anggrek epifit (ephytis) adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan tanaman yang ditumpangi (tanaman inang). Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara. Anggrek epifit membutuhkan naungan dari cahaya matahari. Di habitas aslinya, anggrek ini kerap menempel dipohon-pohon besar dan rindang. Contoh anggrek epifit antara lain: Dendrobium, Cattleya, Ondocidium, dan Phalaenopsis.

2) Anggrek semi epifit adalah jenis anggrek yang juga menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditumpangi. Pada anggrek semi epifit, selain untuk menempel pada media, akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang. Contoh anggrek semi epifit antara lain :Epidendrum, Leila, dan Brassavola.

3) Anggrek tanah (anggrek terrestris) adalah jenis anggrek yang hidup di atas permukaan tanah. Anggrek jenis ini membutuhkan cahaya matahari penuh atau cahaya matahari langsung. Contoh anggrek teresterial antara lain Vanda, Renanthera, Arachnis, dan Aranthera.

4) Anggrek saprofit, adalah anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering. Anggrek saprofit dalam pertumbuhannya membutuhkan sedikit cahaya matahari. Contoh jenis ini antara lain: Goodyera sp.

5) Anggrek litofit adalah jenis anggrek yang tumbuh pada batu-batuan. Anggrek jenis ini biasanya tumbuh dibawah sengatan cahaya matahari penuh. Contoh jenis ini antara lain: Dendrobium dan Phalaenopsis.

SYARAT-SYARAT TUMBUH TANAMAN ANGGREK

a) Iklim
1) Angin dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.

2) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini. Kebutuhan cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek. Ada yang memerlukan intensitas penyinaran penuh, ada juga yang tidak penuh alias memerlukan naungan. Kebutuhan cahaya berdasarkan jenis anggrek, yakni antara lain: Arachnis Maggie Oei butuh 100% intensitas penyinaran, Arachnis Apple Blossom butuh 100% intensitas penyinaran, Renanthera Hybrid butuh 100% intensitas penyinaran, Vanda pensil dan vanda quarter butuh 100% intensitas penyinaran, Dendrobium butuh 50-65% intensitas penyinaran, Aranda Hybrid butuh 50-65% intensitas penyinaran, Oncidium Hybrid butuh 60-75% intensitas penyinaran, Vanda berdaun lebar butuh 20-30% intensitas penyinaran, Phalaenopsis Hybrid butuh 10-15% intensitas penyinaran, dan Cattleya Hybrid butuh 20-30% intensitas penyinaran.

3) Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 15 derajat C dan suhu maksiumnya adalah 28 derajat C. Jika suhu udara malam berada di bawah 13 derajat C, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng). Berdasarkan kebutuhan suhu, tanaman anggrek dibedakan menjadi tiga tipe, yakni: 1) Anggrek tipe dingin, membutuhkan suhu siang sekitar 18-21 derajat C. Anggrek yang termasuk dalam tipe ini adalah Cymbidium sp. dan Miltona sp. 2) Anggrek tipe sedang, membutuhkan suhu siang sekitar 21-24 derajat C, dan suhu malam sekitar 18-21 derajat C. Anggrek yang termasuk tipe ini adalah Dendrobium sp. dan oncidium sp. 3) Anggrek tipe hangat, membutuhkan suhu siang sekitar 24-29 derajat C dan suhu malam 21-24 derajat C. Anggrek yang termasuk dalam tipe ini adalah Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp.

4) Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan cara pemberian semprotan kabut di sekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer.

b) Media Tanam Anggrek
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1) Media untuk anggrek epifit dan semi epifit terdiri dari: serat pakis yang telah digodok, kulit kayu yang dibuang getahnya, serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu, ijuk, potongan batang pohon enau, arang kayu, pecahan genting/batu bata, bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya. Untuk anggrek semi epifit yang akarnya menempel pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk kandang/daun-daunan.

2) Media untuk anggrek terrestria : Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam, pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.

3) Media untuk anggrek semi terrestria : Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya.

c) Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl) : Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang hari, 21 derajat C pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah: Dendrobium phalaenopsis, Onchidium Papillo, dan Phaphilopedillum Bellatum

2. Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) : Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15–21 derajat C,pada malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.

3. Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) : Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C di siang hari dan 9–15 derajat C pada malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK

Perbanyakan Tanaman Secara Generatif

Buah anggrek merupakan buah lentera. Artinya buah akan pecah ketika matang. Bagian yang membuka adalah bagian tengahnya, bukan diujung atau pangkal buah. Bentuk buah anggrek berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Biji yang keluar dari buah anggrek yang telah matang tidak seperti kebanyakan biji tanaman lain. Biji anggrek berukuran mikroskopis hampir seperti tepung dan dalam satu buah dihasilkan jutaan biji. Biji anggrek tidak dapat berkecambah begitu saja karena bijinya tidak mempunyai cadangan makanan. Biji anggrek dapat tumbuh di alam jika mendapatkan tambahan makanan dari sejenis jamur yang hidup di dalam akar anggrek dewasa yang disebut mikorhiza. Sekarang ini sudah dikembangkan teknik menanam biji anggrek melalui media tanam buatan yang terdiri dari senyawa-senyawa kimia yang dibutuhkan oleh biji anggrek untuk berkecambah.

Faktor-faktor penting dalam perkecambahan dan pertumbuhan biji anggrek antara lain:

a) Karbohidrat; unsur karbohidrat yang dibutuhkan dalam perkecambahan biasanya adalah gula sederhana golongan Oligosakarida dan yang umum digunakan dalam medium buatan yaitu: sukrosa dan fruktosa. Gula ini diperlukan biji untuk berkecambah (tunas keluar dari biji) dan sebagai cadangan makanan sebelum tunas mampu membentuk makanan sendiri.

b) Nitrogen; senyawa amonia, nitrat dan urea dalam perkecambahan biji digunakan sebagai bahan utama pembentukan sel-sel tumbuhan.

c) Mineral; unsur-unsur kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan fosfor (P) adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan digunakan dalam bentuk senyawa kompleks. Tanpa unsur ini tunas anggrek yang sudah berkecambah akan mati tetapi jika kadar dalam medium terlalu pekat akan menyebabkan keracunan bagi tanaman. Kadar unsur-unsur diatas yang dianjurkan adalah 40 mg/L media.

d) Penyinaran; dibutuhkan tanaman anggrek sebagai syarat pokok dalam proses pembentukan cadangan makanan yang disebut proses fotosintesis. Intensitas yang dibutuhkan antara 400 - 3000 lux. Sinar yang digunakan dapat sinar matahari difus, lampu neon dan lampu Cool White. Ukuran umum yang sering digunakan adalah lampu neon putih 40 watt diletakkan 1,5 hingga 2 meter dari rak-rak temapt botol perkecambahan. Semakin kecil daya yang digunakan jarak lampu ke tanaman semakin dekat.

e) Suhu; temperature optimal perkecambahan yang digunakan untuk semua jenis anggrek antara 20oC - 25oC. Temperature yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelayuan karena penguapan terlalu besar, sedangkan temperature yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat.

f) pH (keasaman) media; pH media tanam berkisar antara 4,8-5,2 dengan toleransi kisaran antara 3,6 hingga 7,6. Perlu diketahui selama pertumbuhan tunas anggrek keasaman media dapat mengalami perubahan.

g) Vitamin dan Hormon; kedua unsur ini digunakan untuk memacu pertumbuhan tunas. Selain digunakan dalam bentuk senyawa murni, vitamin dan hormon didapatkan dari penggunaan zat additiv dalam media misalnya pisang, kentang, buah tomat dan lainnya.

Dengan menggunakan media buatan dalam mengecambahkan biji anggrek dapat menaikkan prosentase keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara alami dari 5%-8% perkecambahan menjadi 60%-80%.

a) Penyebaran Biji Anggrek

Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih. Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula kuning kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang dan diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).

Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih. Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam botol digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di atas lampu spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang telah terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan alas makanan yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.

b) Penyemaian Benih Anggrek

Persiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak berwarna agar dapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah dilihat. Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung diikat tali untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar akteri/jamur tidak masuk sehingga tidak terinfeksi atau terkontaminasi.

Persiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari bakteri/jamur dengan kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan dengan kapas dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).

Pembuatan alas makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu: Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram, KH2PO4 : 0,25 gram, MgSO47H2O : 0,25 gram, (NH4)2SO4 : 0,25 gram, Saccharose : 20 gram, FeSO4 4H2O : 0,25 gram, MnSO4 : 0,0075 gram, Agar-agar : 15–17,5 gram, Aquadest : 1000 cc. Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH meter/kertas pH tekstil/Indikator Paper. Sterilisasi dengan cara dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110 derajat C selama setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada tempat bersih, dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3 tinggi botol (dari alas sampai ke leher botol) dan didiamkan selama 5–7 jam untuk mengetahui sterilisasi yang sempurna.

c) Pemindahan Bibit Anggrek

Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar, tumbuh akar. Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot penyemaian yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang. Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5–30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai terlebih dulu dicuci bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa: Urea atau ZA : 0,50 mg, DS, TS atau ES : 0,25 mg, Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg, Air : 1000 cc.

Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuran unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk kandang yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1. Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil sebesar biji kacang tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24 jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari. Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah, kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah (tidak perlu dipadatkan). Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botol dengan memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan kawat bersih berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit baru ditanam.

d) Pemindahan dari Pot Penyemaian

Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi potongan genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot.

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif

Perbanyakan vegetatif umumnya bisa menghasilkan turunan yang sifatnya sama dengan induknya. Kalaupun ada penyimpangan, hal ini disebabkan oleh faktor luar, seperti kurangnya unsur hara tanaman. Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara mengambil bagian tanaman lalu menanamnya secara terpisah dari induknya.

1) Setek Pucuk

Perbanyakan dengan cara setek cocok dilakukan pada anggrek berbatang satu (monopodial). Monopodial adalah batang anggrek yang terus menerus tumbuh ke atas dan tak terbatas, tanpa memiliki cabang atau ranting. Disepanjang batang selalu muncul akar-akar udara yang berguna mencari makan, sekaligus untuk merekatkan diri pada benda-benda yang terdapat disekitarnya. Contohnya Arachnis, Aranthera, Renanthera, Vanda pensil, Vanda semi terete dan Vanda quarter terete. Perbanyakan anggrek monopodial dilakukan dengan memotong setek pucuk atau setek ujung batang. Bagian yang terpotong minimal mempunyai dua akar, tanpa mengurangi jumlah daun. Panjang stek bagian atas 40-50 cm. Sisa batang bawah tetap dipelihara karena dapat mengeluarkan beberapa tunas baru. Bila tunas baru sudah membentuk daun dan mengeluarkan minimal 2 akar maka tunas anakan dapat dipotong dan digunakan sebagai bibit.

Cara penanaman setek pucuk sebagai berikut.

a. Penanaman di pot

Sebelum ditanami, dasar pot lebih dahulu diisi pecahan batu bata atau genting setinggi sepertiga bagian. Pecahan batu-bata atau genting berfungsi untuk menjaga kelembapan agar tetap tinggi. Juga sebagai pemberat agar pot tidak mudah rebah. Selanjutnya, pot tersebut diisi media tumbuh sabut kelapa, arang, pakis, atau sejenisnya. Setek ditanam tepat dibagian tengah. Penanaman dalam pot umumnya dilakukan pada anggrek monopodial yang bersifat epifit seperti Vanda berdaun lebar (Vanda daun).

b. Penanaman di bedengan

Di sepanjang jalur penanaman diberi batu-bata atau genting agar media tumbuh tidak keluar dari bedengan. Karena sifat pertumbuhan anggrek monopodial cenderung tumbuh ke atas tanpa batas maka diperlukan penyangga yang terbuat dari kayu, bambu, besi, atau sejenisnya. Media tumbuh yang digunakan pada umumnya berupa serutan kayu, sabut kelapa, atau sejenisnya. Di bagian atas media tumbuh kadang ditambahkan pupuk kandang atau kompos yang sudah steril. Setelah itu dicampur dengan pupuk buatan NPK 0,1-0,2%. Penyiraman dapat dilakukan sehari setelah penanaman. Lakukan pada pagi hari pukul 06.00-07.00 dan sore hari pukul 17.00 - 18.00. Pemberian pupuk majemuk dapat diberikan seminggu setelah penanaman. Pupuk itu dilarutkan dan disemprotkan ke seluruh bagian tanaman dengan dosis 0,1-0,2% setiap dua kali seminggu. Pemberian tambahan pupuk buatan dalam bentuk granula dapat dilakukan setiap 1-2 bulan sekali atau sesuai anjuran yang diletakkan di atas media tumbuhnya.

2) Pemisahan Rumpun untuk tanaman anggrek tipe simpodial

Pemisahan rumpun dilakukan pada anggrek berbatang banyak (simpodial). Yang dimaksud dengan simpodial adalah tumbuh secara bersama (berumpun). Anggrek ini tidak tumbuh memanjang, tetapi memiliki cara sendiri untuk memperbanyak diri secara vegetatif, yakni membuat banyak anakan seperti bonggol pohon pisang. Contohnya Cattleya, Cymbidium, Dendrobium, dan Oncidium.

Perbanyakan anggrek simpodial dilakukan melalui pemisahan rumpun atau pemisahan anakan adventif (tunas yang tumbuh di ruas-ruas batang). Pemisahan rumpun dapat dilakukan bila pot telah penuh dan padat oleh tunas anakan. Tunas anakan itu kemudian dipisahkan dari tanaman induknya. Anakan yang dipisah sebaiknya memiliki 3 anakan dan bagian dasar dari anakan (rhizome) harus tetap saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya. Semua akar yang tidak aktif atau akar tua dibuang sehingga anakan tampak seperti tidak berakar.

Cara penanamannya, dasar pot diisi dengan pecahan batu-bata atau genting setinggi sepertiga bagian. Di atasnya diisi lagi dengan media tumbuh setinggi sepertiga bagian. Selanjutnya anakan tersebut ditanam dengan mengatur posisi. Anakan yang paling tua diletakkan di dekat atau menempel pada bibir pot bagian pinggir atas. Dengan cara ini pertumbuhan tunas anakan dapat mengisi seluruh permukaan bagian pot. Apabila anakan yang tua diletakkan di bagian tengah pot maka pertumbuhannya akan tidak seimbang. Sebelum anakan ditanam, pangkalnya terutama luka bekas potong dicelup sekilas dalam larutan fungisida atau bakterisida. Apabila kesulitan mengeluarkan anakan karena sangat keras melekat erat di pot dan media maka pot sebaiknya dipecahkan. Hati-hati untuk menghindari kerusakan atau putusnya anakan. Penyiraman dilakukan kurang lebih 3-4 hari setelah penanaman. Adapun pemupukan dilakukan kurang lebih seminggu setelah penanaman.

3) Pemotongan Keiki

Keiki adalah anakan yang tumbuh liar di ujung umbi. Keiki ini umumnya muncul di ruas-ruas tanaman anggrek dewasa. Keiki terbentuk jika media tanam tidak pernah diganti, sehingga akar tanaman banyak rusak. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tunas pindah ke ruas tanaman. Pada tanaman anggrek yang rajin diganti media tanamnya, jarang muncul keiki. Keiki ini bila telah membentuk tanaman seutuhnya lengkap dengan akarnya, maka keiki tersebut dapat dipisahkan dari induknya dengan cara memotongnya dengan pisau yang tajam. Gunakan keiki yang berukuran panjang kira-kira sejengkal dan sudah menghasilkanakar sebanyak 3-4 helai. Saat memotong keiki, umbi induk harus ikut terangkat. Tujuannya agar anggrek tetap mendapat suplay makanan lewat umbi. Keiki sebainya tidak langsung ditanam di pot. Tempelkan dulu di lempengan pakis sampai terjadi penambahan umbi. Jika umbi sudah terbentuk 2-3 buah, keiki siap untuk dipindahkan ke pot. Anggrek yang diperbanyak dengan keiki masa berbunganya lebih lama dibandingkan dengan cara pemisahan rumpun. Perbanyakan anggrek dengan keiki ini hanya bisa dilakukan pada anggrek Dendrobium sp.

4) Pemotongan Tunas Anakan

Walaupun jarang terjadi, tetapi adakalanya ujung akar atau tangkai bunga Phalaenopsis muncul tunas anakan. Tunas anakan tersebut dapat dipotong dan ditanam. Nantinya, tunas akan berkembang menjadi tanaman dewasa.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM ANGGREK
Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:

a) Tanaman dalam pot. Apabila diameter pot yang dipilih lebih kurang 30 cm maka perlu dipasang tiang penyangga di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di tengah dan akarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk kandang yang telah dicampur sesuai dengan komposisi kira-kira 2/3 dari pot.

b) Media tanam pada tanah berupa bak-bak tanam. Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi bak 2 lapis batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari dari kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahan dibuat 4 buah yang ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu rangkaian.

PENANAMAN

Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan jenis tanaman berdasarkan habitat dan tempat tumbuhnya anggrek, yaitu:

a) Anggrek adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.

b) Anggrek semi Epifit adalah jenis anggrek yang menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.

c) Anggrek tanah/anggrek Terrestris.

PEMELIHARAAN TANAMAN ANGGREK
Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat yang disesuaikan dengan jenis anggrek, yang sifatnya e atau anggrek tanah.
Penyiangan

Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai jenis anggrek.
Pemupukan

Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya. Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:

1) Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupukZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium Sulfat (K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K terdiri dari urea : 0,6 gram untuk 1 liter air, ES 0,3 gram untuk 1 liter air, dan ZK 0,1 gram untuk 1 liter air.

2) Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan tambahan pupuk, maka dapat dususun sendiri pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara misalnya : Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air, DS 0,3 gram untuk 1 liter air, K2SO4 0,3 gram untuk 1 liter air

3) Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size) : Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K= 1:6:1. Teknik pemberian pupuk buatan adalah:

a. Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan secara hati-hati, jangan tersangkut pada daun/batangnya yang menyebabkan daun/batang tadi dapat terbakar.

b. Disiramkan, yang mana anggrek dapat menyerap air dan garamgaram yang terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimanamana.

c. Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan akar didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam danlain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau. Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yang mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukantanaman lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul 5.00 sore.

Pengairan dan Penyiraman

Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:

1. Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril, tetapi pHnya tinggi maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH yang baik sekitar 5,6-6.

2. Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral dari tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus diperhatikan pHnya.

3. Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk menyiraman.

4. Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin cukup baik. Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram. Adapun macam isian pot dan sifat diuraikan sebagai berkut:

a. Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah menguapkan air dan sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan air sehingga tidak mudah untuk lumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak dan untuk siraman lebih sedikit.

b. Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik untuk digunakan di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di daerah dingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.

c. Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang coklat dan lunak lebih mudah menyerap dan menahan air.

d. Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk penyerapan air, mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil dan jika potongan kecil penyerapan air lebih banyak. Bagi tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.

e. Waktu Penyemprotan Pestisida : Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan dosis yang digunakan untuk hama antara lain: Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun; Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun; Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu; Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu; Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air; Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong dan bekicot air. Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu: Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit; atau membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter air atau 6–8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tanaman anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu dan diulang satu minggu sekali.

HAMA DAN PENYAKIT ANGGREK
Hama

1) Tungau/kutu perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya banyak; bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun. Pengendalian: digosok dengan kapas dan air sabun; apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh insektisida dengan dosis 2 cc/liter.

2) Semut
Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan. Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.

3) Belelang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian: segera semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak/yangsistematik; bila jumlahnya sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.

4) Trips
Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda; menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga tidak menarik. Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot insektisida.

5) Kutu babi
Gejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut; tapi tidak menyerang tunas daun. Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari pot anggrek.

6) Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.

7) Red Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi kuning dan lama kelamaan daun mati. Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan menggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol; apabila banyak maka perlu menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.

8) Kumbang
Gejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak dari luar; Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek. Pengendalian: menyemprotkan tanaman yang diserang dengan menggunakan insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.

9) Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang sedang mekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat dibunuh dengan tangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik; tanaman yang telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.

10) Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga menyebabkan bintik putih/kuning; tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan tidak berhijau daun lagi. Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti untuk membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.

11) Kutu tudung
Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat dan mati. Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan trips.
Penyakit

a) Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji anggrek karena tutup botol tidak steril. Gejala: biji anggrek tidak mampu berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yang telah tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awal serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan dengan steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol dan dicuci dengan fungisida lalukecambah ditanam dalam pot.

b) Penyakit rebah kecambah
Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaran penyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil bening pada permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh pada tunas serta ke bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan mati. Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampai musnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot dengan fungisida.

c) Penyakit bercak coklat
Kecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama pada cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka pada daun. Sentuhan daun yang sakit pada daun sehat dapat menularkan penyakit ini. Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari dapatmeluas ke seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati. Penyakit ini sangat ganas, karena mematikan dan cepat menular. Pengendalian: sangat sulit penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.

d) Penyakit bercak hitam
Pada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar dan alat yang tidak sterill. Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yang terserang. Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas dan ke bawah hingga ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan mengakibatkan kematian. Pengendalian: bagian yang terserang dipotong dan dibuang atau disemprotkan fungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.

e) Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala: akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput, tipis dan bengkok, tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendalian: semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang; bekasnya disemprot dengan fungisida (Benlate).

f) Penyakit layu
Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala: mirip serangan penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian yang terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.

g) Penyakit busuk
Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil kecil berwarna coklat pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian: bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Mediatanaman dan seluruh pot didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 % selama 1 jam.

h) Penyakit bercak coklat
Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman. Pengendalian: membuang semua bagian yang sakit, lalu semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.

i) Penyakit busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia Cartovora. Gejala: daun dan akar membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma dan umbi batang, penyebarannya agak lambat. Penanggulangan: peralatan kebun harus steril, bagian yang sakit dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan 20, pot tanaman disemprot dengan formalin 4 %.

j) Penyakit bercak bercincin
Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum). Gejala: timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Pengendalian: hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman yang sakit serta menstrerilkan semua alat potong.

k) Penyakit Cymbidium
Penyebab: virus Mozaic Cymbidium. Gejala: semula berupa bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada gejala kematian jaringan di tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan adanya bintik jaringan yang mati. Pengendalian: hanya bersifat pencegahan yaitu membuang bagian tanaman yang sakit, serta mensterilkan segala alat yang dipakai.

l) Penyakit busuk hitam
Penyebab: cendawan Phytopytora Omnivora. Gejala: muncul warna kehitaman pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya daun mati. Pengendalian: semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung gunakan dosis 2 gram/2 liter air.

Pertumbuhan Anggrek Dendrobium sp Akibat Pemberian Vitamin B1 Dan Pupuk Majemuk Cair

Penelitian ini merupakan kajian percobaan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.) akibat pemberian Vitamin B1 dan pupuk majemuk cair.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga terdapat interaksi antara Vitamin B1 dan macam pupuk majemuk cair terhadap pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.).
2. Diduga terdapat pengaruh perlakuan Vitamin B1 terhadap pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.).
3. Diduga terdapat pengaruh perlakuan macam pupuk majemuk cair terhadap pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium (Dendrobium sp).

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April 2002, yang bertempat di Screen House pusat pengembangan Bioteknologi pertanian UMM, dengan ketinggian tempat 500-550 mdpl.

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yang meliputi: Faktor l: Vitamin B1 (K) yang terdiri atas 4 level: K0 (0 ppm Vit.B1/ tanpa Vit.B1), K1 (60 ppm Vit.B1), K2 (120 ppm Vit.B1), K3 (180 Vit.B1). Faktor ll: macam pupuk majemuk cair (P): P1(Mamigro dengan konsentrasi 2 ml/l), P2 (Grow Team-M dengan konsentrasi 2 ml/l). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali dan tiap perlakuan 5 pot, sehingga didapatkan 120 pot percobaan.

Pengamatan dilakukan 2 minggu setelah tanam (mst), dengan selang waktu 10 hari. Parameter pengamatan meliputi Panjang tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cm2), panjang akar (cm), jumlah akar, berat basah (gram), dan berat kering (gram) tanaman.

Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa terjadi interaksi antara perlakuan Vitamin B1 dengan pupuk majemuk cair ter0hadap panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, dan berat basah tanaman. Kombinasi perlakuan K0P1 (0 ppm Vit.B1 Mamigro), K0P2 (0 ppm Vit.B1 Grow Team-M), K1P1 (60 ppm Vit.B1 Mamigro), K1P2 (60 ppm Vit.B1 Grow Team-M), K2P1 (120 ppm Vit.B1 Mamigro), memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap panjang tanaman dan luas daun, untuk pengamatan jumlah daun perlakuan K0P1 (0 ppm Vit.B1 Mamigro), K0P2 (0 ppm Vit.B1 Grow Team-M), K1P1 (60 ppm Vit.B1 Mamigro), K2P1 (120 ppm Vit.B1 Mamigro) dan K2P2 (120 ppm Vit.B1 Grow Team-M) memberikan pengaruh yang lebih baik, sedangkan pada parameter pengamatan berat basah tanaman perlakuan yang terbaik adalah K0P2 (0 ppm Vit.B1 Grow Team-M) dan K1P1 (60 ppm Vit.B1 Mamigro).

Penggunaan Vitamin B1 yang dikombinasikan dengan pupuk majemuk cair Mamigro memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap panjang tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat basah tanaman jika dibandingkan dengan pupuk majemuk cair Grow Team-M. Penggunaan Vitamin B1 di atas 120 ppm memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

Friday, March 20, 2009

Having the Right Tools on Hand

Every hobby has its tools. And just as you need the right saws and sanders if you’re building a cabinet, you need the right tools for growing orchids. The amount of tools you need will depend on how serious you are about orchids and haw many of them you have to care for. In this chapter, I fill you in on the tools I use.

Cutting and Pruning Tools
You’ll probably use your cutting and pruning tools more than any others. Orchids always have a leaf that needs to be trimmed or a dead or diseased stem that needs to be cut off. These tools are also used in the repotting process.

Pruners
You’ll need different types of pruning tools, depending on the thickness of the plant part you’re removing.

Hand pruners
You’ll use hand pruners to cut thick creeping stems. There are basically two types of hand pruners. An anvil type of hand pruner has a flat cutting blade and can mash the stem tissue (which isn’t what you want). I much prefer the other type of hand pruner — the bypass type, which has a curved blade. It makes cleaner and closer cuts.

Scissors
All scissors are not created equal. I prefer those that are designed for bonsai or flower arranging. They’re extremely sharp and have large, comfortable vinyl hand
grips. Some are made of high-carbon steel that hold an edge for a long time. Others are constructed of stainless steel and offer the advantage of not rusting. The smaller scissors are really handy for finesse work, like removing spent flower spikes as close as possible to the foliage and trimming delicate leaves. The heavier ones are ideal for cutting thick stems.



Knives and blades
Knives and blades can come in very handy, but choosing the right type is important. In the following sections, I guide you through the types available.

Knives
Knives are used most often to circle the inside of the pot to remove the plant when its roots are packed into its container, especially with clay pots. (You can usually cut plastic pots with sharp scissors along the length of the pot to remove the plant.) A very-thin-bladed knife, like the type used for filleting fish, is very handy because it’s easier to maneuver in tight spaces.

Razor blades
To be on the safe side, always use the single-edge type of razor blade. They’re perfect for making very precise cuts when trimming edges of leaves or cutting apart divisions of plants. Another great feature of these is that they’re so inexpensive
that you can throw them away after you’re done. Disposing of used razor blades also prevents spreading disease to other plants and saves you the hassle of sterilizing them.

Hand pruning saw
Using a hand pruning saw is bringing out the big gun. This tool is most useful to cut very thick creeping stems when dividing plants. You can also use them to score the roots when they’re very tightly packed together or to cut away a very thick plastic pot when you’re transplanting or repotting an orchid.

You can find various different types of these saws, but the ones
that are compact and folding are most handy. I find a small bladed
and fine-toothed type often used for cutting bamboo especially
useful.

Thursday, March 19, 2009

Choosing the Right Orchid for You

One of the main reasons some people fail with orchids is that they simply choose the wrong ones. Considering that there are thousands of different kinds of orchids, it’s easy to see how people may not know which one to buy. To be successful, you need to choose a dependable supplier, healthy plants, and the type of orchid that fits your growing area. In this chapter, I walk you through the important questions to ask yourself and your supplier so you end up with the orchid that will be just right in your growing spot.

Figuring Out Where to Shop
Finding orchid suppliers used to be difficult, unless you were lucky enough to live in a very warm area, like Southern California or Florida. Nowadays, because orchids have skyrocketed in popularity, you can find them for sale in myriad places. In the following sections, I fill you in on your supplier options.

Specialist orchid growers or suppliers
An orchid specialist is always my first choice when I’m buying orchids. Reputable suppliers in this category have been selling orchids for many years, before it was the chic thing to do. Almost all of them are orchid fanatics whose hobby grew totally out of control — so they were forced to either stop buying more orchids or start up a business. They know everything about their plants — where they came from, their attributes, and how to grow them. They almost always have the largest selection and cater to both the beginner and sophisticated, experienced growers. They love to help other people discover the pleasure of growing orchids and are full of helpful information.

The only disadvantage of specialist growers or suppliers is that you may not have one near where you live. Of course, that doesn’t have to be a deterrent. It just means you’ll need to do some planning and search out these growers so you can take your own orchid-buying safari!

Turn to the appendix for a short list of some of my favorite specialist orchid growers andsuppliers.

Your local garden center
Having a local orchid source is very convenient both for buying the plants and for information on growing. Today, garden centers offer more unusual and more interesting plants than ever before — and orchids are among these. The types of orchids they offer varies greatly from one garden center to the next.

Look for a garden center that specializes in tropical plants and houseplants. Unless the garden center is noted for its orchid offerings, the selection will probably be limited. Search out the types mentioned in this book, especially the moth and slipper orchids.

Orchid shows
At orchid shows, you’ll find dazzling displays of a broad range of gorgeous orchids. Be prepared to be wowed! Vendors of orchids are a regular feature of orchid shows, so they’re a great place to shop. To find an orchid show in your area, check out the various orchid magazines or search their Web sites (see the appendix).

Online orchid suppliers
You can buy a fine selection of orchids without ever leaving your home. Most orchid suppliers now have Web sites, and some of the sites are very detailed and informative.

To get started, check out the Orchid Marketplace at Orchid Mall. Each of these sites provides many links to various orchid grower Web sites. If you already know what types of orchids you want, you can use a search engine (such as Yahoo! or Google) to search for them by type or name.

If you use the Latin name when searching for plants on the Web, not the common name, you’ll get many more hits. In other words, instead of searching for “moth orchids,” search using its Latin name, Phalaenopsis. Check out www.chebucto.ns.ca for lists of the Latin names with their English common names.

Home centers and discount stores
Because orchids have had such a meteoric rise in popularity, home centers and discount stores now frequently stock a limited selection of them. The good news: They usually carry the orchids that are easy to grow. The bad news: Getting information at these stores is difficult. But if you’re shopping for your first, inexpensive orchid, and if you don’t have easy access to a garden center or orchid grower, these are good places to start.

When shopping for plants at home centers and discount stores, find out what day of the week their weekly shipments come in. That’s the day you want to be there to get the best quality and selection.

Monday, March 16, 2009

Getting the Lowdown on Orchids

You’re about to enter the wonderful world of orchids. You’re in store for an exciting adventure! This is the largest plant family on our planet with an estimated 30,000 wild types (species) and many more man-made varieties. No other plants can compete with orchids for their power to seduce and bedazzle the most jaded plant lover with their fantastically beautiful flower colors, shapes, and textures, and heady and sensuous perfumes.

Understanding What Makes an Orchid an Orchid
You can easily tell when a rose is rose, but orchids are quite a bit more complex and varied when it comes to their flower shapes and the construction of their leaves, stems, and roots.

Certainly the flamboyant colors of modern orchid hybrids are a standout and are the primary reason these plants are so treasured. But there are so many different types of orchid flowers, so the question is, “Which one is typical?” There is really no correct answer to this question. Many people think of the cattleya-type orchids, while others may picture moth orchids.

To get a better idea how orchid flowers are constructed, take a look at a typical cattleya flower and compare it to a more ordinary flower, a tulip. Table 1-1 shows some of the major differences between these two flowers.

So what makes an orchid an orchid? The column. This fused sexual structure located in the middle of the flower is what separates the orchid from all other plants.



Friday, March 13, 2009

Cara Aklimatisasi (Anggrek)

Mengeluarkan anggrek dari dalam botol Sekitar 7-8 bulan setelah berkecambah, anakan anggrek siap dikeluarkan dari dalam botol. Anakan anggrek di dalam botol disebut dengan sedling. Sedling yang siap dikeluarkan mempunyai akar yang banyak dan kelihatan kokoh. Mengeluarkan sedling dari dalam botol harus berhati-hati. Sedling yang dikeluarkan dari botol sering tidak bisa beradaptasi ketika dipindahkan ke kompot karena telah terbiasa hidup manja, dengan makanan yang sudah disediakan di dalam botol. Pengeluaran sedling dari dalam botol bisa dilakukan dengan dua cara sebagai berikut.

Cara Pertama

* Siapkan baskom yang berisi air bersih dan steril.

* Pecahkan botol di atas baskom. Kaca pecahan botol akan tenggelam dan anakan anggrek akan mengambang di atas permukaan air.

* Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar. Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.

* Rendam anakan anggrek di dalam physan (zat anti jamur) dengan dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi jamur.

* Letakkan anakan anggrek di atas Koran dan diangin-anginkan agar bebas dari air.

* Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran kompot dan besarnya anakan.

Cara Kedua

* Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya.

* Goyang-goyangkan botol hingga tanaman dan akarnya terpisah dari agar-agar.

* Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang berisi air bersih dan steril.

* Langkah selanjutnya sama seperti cara pertama.


Memindahkan anakan ke kompot

Setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan berdiameter 7, 12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam, tetapi menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari tanah liat). Kompot ada yang terbuat dari tanah atau plastik.

Media tanam yang digunakan bisa berupa pakis, sabut kelapa, moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum digunakan, media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.

Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)

Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.

Anggrek hitam merupakan salahsatu anggrek alam yang berasal dari Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1999 anggrek ini termasuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi.

Di alam keberadaan jenis anggrek ini terancam karena pengambilan yang berlebihan, terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek tersebut merupakan faktor yang mengancam kelestarian anggrek ini. Kegiatan pengeksploitasian yang berlebihan dan apabila terjadi terus-menerus, anggrek hitam akan mengalami kepunahan.

Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus diupayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara cepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik.

Tanaman anggrek dapat diperoleh melalui cara pembiakan secara vegetatif dan generatif. Secara alami pembiakan anggrek dengan cara generatif yang berasal dari biji hanya dapat tumbuh jika bersimbiosis dengan mikoriza. Biji anggrek hanya terdiri dari embrio dan testa (pelindung embrio) tanpa cadangan makanan atau endosperm. Jika bersimbiosis dengan mikoriza, anggrek dapat memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Pada umumnya tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami persentasenya sangat kecil.

Dengan berkembangnya teknik kultur in vitro, maka keberhasilan perkecambahan biji anggrek dapat ditingkatkan. Modifikasi media dapat meningkatkan produksi anggrek hitam ini secara kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dengan produksi hasil dari alam. Salahsatu modifikasi media yaitu penambahan persenyawaan organik kompleks sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek hitam tersebut serta penggunaan NAA, salahsatu jenis auksin sintetis banyak digunakan untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur invitro, karena akan mendorong pembentukan akar-akar baru pada selang konsentrasi tertentu. Dengan pertumbuhan akar yang sehat dan kuat akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk bertahan hidup pada tahap aklimatisasi ke lapangan. Penelitian ini dilaksanakan Unit Kerja Laboratorium Kultur Jaringan Anggrek Kebun Raya Bogor. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Juni sampai bulan Desember 2002.

5 hari pengamatan plantlet selama di botol dan 1 bulan untuk melihat keberhasilan hidup di lapangan. Percobaan ini terdiri dari 2 faktor, faktor pertama adalah 6 jenis media organik (tanpa bahan organik, air kelapa 250ml/l, pisang ambon 150g/l, kentang 200g/l, ubi jalar 150g/l, dan kedelai 150g/l) yang dikombinasikan dengan faktor ke-2 yaitu 5 taraf konsentrasi NAA (0 ppm, 5ppm, 10ppm, 15ppm dan 20ppm). Media dasar yang digunakan adalah komposisi media VW (Vacin & Went) dengan menambahkan gula pasir, arang aktif dan agar-agar. Bahan eksplan yang digunakan: semai hasil perkecambahan dari biji yang berumur 20bulan mempunyai tinggi masing-masing 3-6cm dengan jumlah daun 6-7 helai.

Tanaman hasil kultur invitro setelah pengamatan selama 5bulan selanjutnya diaklimatisasi ke media yang terdiri spagnum moss, arang dan pecahan genting dengan perbandingan 1:1:1, media tanaman yang dipakai terlebih dahulu direndam dalam air panas selama 1 jam kemudian ditirskan dengan tujuan untuk melestarikan media tumbuhan yang akan dipakai.

Parameter yang diamati: pembentukan akar (panjang akar dan jumlah akar). Panjang akar diukur pada saat panen sedangkan jumlah akar diukur setelah 2minggu penanaman. Pertumbuhan eksplan (tinggi eskplan, jumlah daun, jumlah tunas baru). Pengamatan dilakukan setelah 2minggu penanaman selain peubah di atas dilakukan pengamatan terhadap kondisi eksplan seperti pembentukan akar adventif, warna daun, persentase hidup eksplan dan persentase plantlet yang hidup di lapang. Pengamatan di botol dilakukan setiap 2 minggu selama 5 bulan dan untuk plantlet yang hidup di lapangan diamati selama 1bulan setelah plantlet keluar dari botol kultur.

Penambahan media Vacin dan Went dengan persenyawaan organik kompleks dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksi antara 2 faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter-parameter pertumbuhan, parameter pertumbuhan tersebut meliputi pembentukan akar baik panjang akar dan jumlah akar serta pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru.

Perbedaan jenis media organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah tunas. Jumlah akar dan panjang akar tertinggi diperoleh dari media VW dengan penambahan ubi jalar 150g/l. Tinggi eksplan dan jumlah daun terbaik diperoleh dari media VW + kentang 200g/l. Sedangkan untuk rata-rata terendah dari parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar pada media VW + kedelai 150g/l untuk 20 minggu setelah tanam (MST).

Zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh terhadap parameter tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar, tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas. Faktor zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua parameter. Parameter tinggi serta jumlah daun konsentrasi NAA maksimum 0ppm, jumlah akar maksimum pada konsentrasi 2,1ppm sedangkan parameter jumlah tunas peningkatan NAA lebih dari 20ppm masih memungkinkan peningkatan jumlah tunas.

Peningkatan konsentrasi NAA mengakibatkan daya regenerasi tanaman menurun dan terhambat serta meningkatkan kematian untuk beberapa eksplan anggrek C. Pandurata. Terdapatnya zat-zat endogen/ auksin alami dalam eksplan yang mendorong eksplan untuk tetap mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Interaksi antara jenis persenyawaan organik kompleks berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan baik tinggi plantlet, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar dan panjang akar. Pemberian NAA berpengaruh nyata pada tingkat kwartik untuk semua media organik kecuali pada media VW + kedelai 150g/l berpengaruh nyata pada tingkat kuadratik. Pada parameter jumlah tunas, peningkatan NAA pada semua perlakuan media organik, konsentrasi NAA lebih dari 20 ppm dapat meningkatkan jumlah tunas.

Peranan zat tumbuh selain sebagai perangsang dapat pula berlaku sebagai penghambat, semuanya itu tergantung dari konsentrasi zat tersebut. Dengan meningkatnya konsentrasi NAA dalam media menyebabkan persentase kematian eksplan yang tinggi. Pada minggu ke-20 eksplan yang hidup untuk perlakuan NAA 0ppm 95.8%, NAA 5ppm 81.5%, NAA 10ppm 61.5%, NAA 15ppm 27.7% dan NAA 20ppm sebesar 14.5%.

NAA dengan konsentrasi rendah 0ppm (kontrol) dan 5ppm menghasilkan warna daun eksplan hijau tua. Meningkatnya konsentrasi NAA mengakibatkan warna daun kuning bahkan beberapa eksplan berwarna coklat dan mengalami kematian yang disebabkan oleh menurunnya jumlah klorofil dan rusaknya klorofil.

Plantlet yang memiliki persentase hidup yang tinggi setelah 4minggu aklimatisasi yaitu plantlet yang berasal dari eksplan yang diberi penambahan ekstrak ubi jalar 150g/l dengan konsentrasi NAA 0ppm, 5ppm dan 10ppm sebesar 100%.

Media Vacin dan Went dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150g/l dengan NAA 0ppm merupakan media yang terbaik untuk pertumbuhan

Saturday, March 7, 2009

Orchid Seedling Care

The genus Phalaenopsis boasts plants almost as beautiful as their flowers; they have smooth, shiny, large leaves, emanating from the central crown, and they lack pseudobulbs.

Called by the florists 'butterfly orchids,' in their home they are more nearly correctly known as 'moth orchids,' gleaming white and moth-like in the dark of night.

In recent years they have often replaced lilies of the valley for bridal bouquets because of the purity of their white spray-like flowers.

Heavy strap-like roots go forth searching for moisture and, owing to their habit of roving and clinging to foreign objects, constitute a considerable problem in repotting. Erect woody stems bear flowers prolifically until the weight causes them to curve gracefully.

The structure of the moth orchid is exquisite, the dorsal sepal rounded, shaping to a point at the top; the side petals broad and sweeping; the two lower sepals, narrower and sometimes overlapping, forming a background for the remarkable lip, crested with yellow.

Red lines in the throat seem to signal the way to the hybridizing insects, and the fore lobes of the lip are frequently elongated into curling tendrils. An intermediate house will serve though the moth orchid prefers warmer conditions.

Moth orchid care is delicate. When it comes to moth orchid care, they can be grown in pots or baskets. Oncidiums and Wanda coerulea thrive on rafts of bark or blocks of wood. Potting material may be tied firmly around the base of the plant and container with wire, allowing the air-loving roots to wander at will.

The moth orchid, while differing from Vanda in that it is stemless, is also of monopodial growth and not divisible. It will occasionally throw adventitious plants from the nodes of the flower stem.

Experiments have shown that it is possible, by wrapping the flower node in damp Osmunda and keeping it warm and damp, to force the growth of a new plant.

The moth orchid is also pseudobulb-less, and, if properly nourished, will bloom constantly and never rest. When the potting material is Osmunda, this tendency to excessive activity must be curbed or the plant will bloom itself to death.

Buds can be pinched off unless at least one pair of the firm, leathery leaves have been formed since the last flowering.

Old flower stems may break into bloom anew, which weakens the plant and should be discouraged by cutting stems close to the plant. The plant should be kept well watered, but the roots should not be allowed to become soggy from lack of air.

The moth orchid, although monopodial, is stemless, but yearly grows a pair of leaves from the characteristic crown. The leaves of monopodial orchids are heavy, leathery, fleshy, and capable of storing some quantity of moisture, but the plants must never be allowed to dry out completely.

When it comes to moth orchid care, the temperature should be kept at 68? making it suitable for the moth orchid.

Moth orchid care can give trouble to some growers. When potting, the plants should be well centered in the pot or basket. Medium should be well packed but not so firmly as for Cattleyas.

Compost should come well up around the base of the plant, since Phalaenopsis has a tendency to force the constantly forming crowns up from the medium. There should be very good drainage.

The moth orchids are heavy feeders and will usually exhaust the medium in two years, after which they should be repotted. This orchid has strap-like roots that wander out of the container and become fastened to it, the bench, or adjacent pots.

These roots must be severed in repotting, and the plant is inevitably set back. The intense interest in gravel culture, which is spectacularly successful with the moth orchid, is partly a result of this difficulty in repotting.

A few moth orchid care tips to help you.

Friday, March 6, 2009

Oncidium Orchid Care

The genus Oncidium is a very old one. It ranges from hot coastal regions to the cold of 12,000 feet elevation. It is native to Mexico, Central and tropical South America, and the West Indies.

It has short, thick pseudobulbs and slender, graceful leaves.

Though the flowers are small compared to the Cattleya, they are a spray-type of considerable grace and charm. The blooms are flat, of silky texture, resembling a dancing girl with wide-spread skirts and tiny waist.

The clear bright yellow attained by some of the species is unsurpassed. An intermediate or cool house will serve.

Oncidiums, are sun-worshiper’s and when it comes to oncidium orchid care, they must not be allowed to shrivel. They need a great deal of water when growth is being completed and flowering is beginning, but require less after flowering. The bulbs of Cym-bidiums should not be allowed to shrivel.

Standing pots on damp gravel on the floor seems to give them the warmth at the top and coolness below that they find congenial. They prefer water at the roots at all times, but the potting mixture should be well drained and not soggy.

When it comes to oncidium orchid care, they seem to thrive on rafts of bark or blocks of wood. Potting material may be tied firmly around the base of the plant and container with wire, allowing the air-loving roots to wander at will.

Oncidiums, like Dendrobiums, do well in confinement. Their containers, which may be baskets or rafts, should be just large enough and, as a rule, hung in the light. Osmunda is a satisfactory medium.

When Oncidiums are potted in a basket there should be a great deal of crock and not much compost. Sphagnum may be added to the medium. The genus requires a lot of water and consequently adequate drainage.

When it comes to oncidium orchid care, they need a long dry rest after a well-watered growing season. It lacks pseudobulbs, but the heavy, leathery leaves are capable of storing food and water for the dormant period.

There are exceptions to this rule among the family: O. candidum, O. crispum, O. flexuosum, and O. micranthum require little or no rest and should be kept moist at all times; O. Lanceanum must be removed to a cooler spot and dried out, although not completely, for a short time during the winter.

All the other Oncidiums enjoy a scarcity of water during the rest period, with only enough moisture to keep the bulbs from shriveling.

A few oncidium orchid care tips to help you.

Vanda Orchid Care

Welcome to ...Vanda orchid care.

The genus Vanda contains many species represented by large handsome plants and a wide variety of beauty in the flowers.

By some growers considered difficult to cultivate, their charm is well worth the supplying of their particular needs and the studying of their habits.

The plants are pseudobulb-less, the leaves distichous (dis-tik-ous), or disposed in two parallel lines along the heavy, erect stem.

The tendency of the stem is to grow up toward the sun, as the surprised amateur finds when his plant reaches the roof and has no more room to grow. The lower leaves frequently drop off.


Thick aerial roots form along the stem and, when smooth, green-tipped, and fat, indicate that the plant is progressing. When they become shriveled and ringed, something is drastically wrong with their culture and vanda orchid care.

In the showier species the flowers are borne in loose racemes and have spreading sepals and petals; in others the petals are spread and tend to roll under. In the former type the texture of the flowers is papery but shines as though sprinkled with diamond dust.

In the latter the texture is leathery or waxy and very heavy. The lip is often very inconspicuous.

Plants of monopodial growth, like the Vanda, with the new growth appearing continuously from the top or crown, will not divide so readily. The only method of propagation for them, other than seed growing, is to cut off the top of the plant below several of the husky aerial roots.

On being potted, the top part may take root and become a new plant. It is a risky practice, however, and is not especially recommended to amateurs unless for some reason the crown of the plant has become damaged and appears dead.

When the top is cut off or injured in this fashion the bottom part will probably develop adventitious plants.

This type of plant is a slow grower and needs to be very large before flowering, so that any kind of propagation is a slow and tedious process at best.

The monopodial, including the Vanda, grow continuously from a central crown, which eventually appears atop a long stem that has frequently lost its lower leaves. Phalaenopsis, although monopodial, is stemless, but yearly grows a pair of leaves from the characteristic crown.

The leaves of monopodial orchids are heavy, leathery, fleshy, and capable of storing some quantity of moisture, but the plants must never be allowed to dry out completely. The leaves of Vanda teres, like pine needles, do not resemble leaves, but are three to four inches long, very slender, round and succulent, and taper to a point.

When it comes to vanda orchid care, they are considered sun worshipper. Among the sun-worshipers are the Vandas, natives of India, the Philippines, and some Pacific islands.

They will not thrive without adequate sun, and they must have corresponding amounts of heat and water. Care must be exercised to keep water from remaining in the growing crown.

few vanda orchid care tips to help you.


Phalaenopsis Orchid Care

Welcome to ...Phalaenopsis orchid care.

The genus Phalaenopsis boasts plants almost as beautiful as their flowers; they have smooth, shiny, large leaves, emanating from the central crown, and they lack pseudobulbs.

Called by the florists 'butterfly orchids,' in their home they are more nearly correctly known as 'moth orchids,' gleaming white and moth-like in the dark of night.

In recent years they have often replaced lilies of the valley for bridal bouquets because of the purity of their white spray-like flowers.


Heavy strap-like roots go forth searching for moisture and, owing to their habit of roving and clinging to foreign objects, constitute a considerable problem in repotting. Erect woody stems bear flowers prolifically until the weight causes them to curve gracefully.

The structure of the flowers is exquisite, the dorsal sepal rounded, shaping to a point at the top; the side petals broad and sweeping; the two lower sepals, narrower and sometimes overlapping, forming a background for the remarkable lip, crested with yellow.

Red lines in the throat seem to signal the way to the hybridizing insects, and the fore lobes of the lip are frequently elongated into curling tendrils. An intermediate house will serve though they prefer warmer conditions.

Phalaenopsis, the lovely white 'bride's orchids' from the Philippines and the Eastern Archipelago, respond well to sun, but must not be overexposed. A warm, moist atmosphere, with plenty of air, is best for this species.

Phalaenopsis orchid care is delicate. They can be grown in pots or baskets. Oncidiums and Wanda coerulea thrive on rafts of bark or blocks of wood. Potting material may be tied firmly around the base of the plant and container with wire, allowing the air-loving roots to wander at will.

Phalaenopsis, while differing from Vanda in that it is stemless, is also of monopodial growth and not divisible. It will occasionally throw adventitious plants from the nodes of the flower stem.

Experiments have shown that it is possible, by wrapping the flower node in damp Osmunda and keeping it warm and damp, to force the growth of a new plant.

Phalaenopsis is also pseudobulb-less, and, if properly nourished, will bloom constantly and never rest. When the potting material is Osmunda, this tendency to excessive activity must be curbed or the plant will bloom itself to death. Buds can be pinched off unless at least one pair of the firm, leathery leaves have been formed since the last flowering.

Old flower stems may break into bloom anew, which weakens the plant and should be discouraged by cutting stems close to the plant. The plant should be kept well watered, but the roots should not be allowed to become soggy from lack of air.

Phalaenopsis, although monopodial, is stemless, but yearly grows a pair of leaves from the characteristic crown. The leaves of monopodial orchids are heavy, leathery, fleshy, and capable of storing some quantity of moisture, but the plants must never be allowed to dry out completely.

The temperature should be kept at 68? making it suitable for Phalaenopsis

Phalaenopsis orchid care can give trouble to some growers. When potting, the plants should be well centered in the pot or basket. Medium should be well packed but not so firmly as for Cattleyas.

Compost should come well up around the base of the plant, since Phalaenopsis has a tendency to force the constantly forming crowns up from the medium. There should be very good drainage.

Phalaenopsis are heavy feeders and will usually exhaust the medium in two years, after which they should be repotted. This orchid has strap-like roots that wander out of the container and become fastened to it, the bench, or adjacent pots.

These roots must be severed in repotting, and the plant is inevitably set back. The intense interest in gravel culture, which is spectacularly successful with Phalaenopsis, is partly a result of this difficulty in repotting

A few phalaenopsis orchid care tips to help you.

Dendrobium Orchid

Dendrobium
The genus Dendrobium is prolific and diverse, comprising some one hundred species, which vary greatly in size and shape. A single species has been found to adjust itself to entirely different places. Members of the genus grow on trees, in the ground, and on bare rocks, through great extremes of temperature and elevation. Some have been found as high as 1500 to 2000 feet in Burma at 1200F. The Dendrobium plant is unusual in appearance, being sym-podial, epiphytic, and bulbless, but possessed of heavy cane-like stems, which also produce the papery-green leaves. Especially in the deciduous types these canes store sufficient moisture and food to tide the plant over periods of extreme drought.

The genus is divided into deciduous and evergreen, which again divides into warm- and cool-growing plants. All evergreen Dendrobes (the name affectionately given the genus by orchidists) are handsome plants with their leafy, graceful foliage.

They have cane-like stems, taking the place of pseudobulbs, and bear the flowers in erect panicles (clusters, as of grapes), singly at the nodes, or in drooping racemes (stems with flowers attached at intervals). Evergreen Dendrobiums may be accommodated in the warm house.

Deciduous Dendrobiums are peculiar-looking plants, becoming dry and shriveled bamboo-like canes each year after the leaves drop off. Amazingly, and lovelier by contrast, the flowers bud and bloom from the nodes (joints) of these dry canes.

Deciduous Dendrobes bloom on the old wood, and evergreen Dendrobes on the new growth. They may be accommodated in the warm house and removed to a cooler spot while resting.

Dendrobium, of sympodial growth, will put forth little plant-lets, complete with bulb and roots, at the slightest provocation. These plantlets develop from the cane-like flower stems. If the beginner keeps his Dendrobiums, especially the deciduous type, too warm and moist during the dormant season they will waste their strength in plantlets and fail to bloom.

Many commercial growers pick the entire cane on flowering and, after cutting off the blooms, lay the canes on damp, warm sand or gravel to allow plantlets to develop from the dormant eyes. Dendrobiums are easily divided or grown from seed.

Dendrobium in many species lacks pseudobulbs, but even the long cane-like flower stems, along which the leaves grow in pairs, are capable of storing food and moisture.

Evergreen dendrobium orchid care will require a moderate amount of water at the roots at all times, but the deciduous Dendrobiums must be allowed to dry out thoroughly during dormancy, at which time they resemble dry bamboo canes.

They need cooler conditions during dormancy. When the new growth is made and the joints of the cane begin to swell, indicating initiation of flower growth, they must be given large amounts of water and moved to a warmer spot.

It will be helpful to the grower and dendrobium orchid care to have some method of marking plants after watering so that she will not water them again too soon. Segregating plants of one kind is not very satisfactory, since orchids are individuals and one will dry out sooner than another.

Marbles or colored stakes in the pot may answer the purpose. But no mechanical system is infallible and any system must be supplemented by close observation. Signs of need for watering are easily distinguishable.

The experienced grower 'hefts' or weighs the pot in his hand: if light, watering is indicated. The dry pot leaves no ring on the bench. The appearance of the potting material is an indication, but not always an accurate one.

The amateur will soon learn to recognize signs of well-being or need in his plants. Jewel-tipped roots and fat, rosy growths are indications of health. Root growth is usually, though not always, apparent, and pots indicating healthy roots can be watered more frequently than those where root growth is doubtful. The latter should be treated to plentiful overhead spray.

This brings us to consideration of the importance of the overhead spray and dendrobium orchid care. Orchids appreciate diffused water as they do diffused light. A fine spray makes a hot, dry day bearable for all the plants.

A daily spray is routine except for dark, cold days in winter; at the height of summer two or more sprays a day will be gratefully re-ceived.

Daily light spraying over the potting material is prescribed for tiny seedlings, backbulbs without roots, sick plants, and newly potted plants. Healthy roots attest the value of this treatment.

Some growers pot with damp material and allow the newly potted plants to go without pot watering until roots show. Light spray over the top of the potting material supplies enough moisture to prevent shriveling.

Damping is the simplest of the watering operations. Its virtue is enhanced because it is hard to do damage with this method. It consists of watering down the walls, floors, paths, and benches between the pots. In most climates this should be almost a daily procedure, omitted only when the house is too cold or the outside air too damp.

But there is one caution that should be heeded. It is popularly believed that orchids grow in steamy jungles. This is a misapprehension. What takes place in the jungle is rapid evaporation. Steam is injurious to orchids, and when the house is being damped down, care should be taken not to play the water on hot pipes.

Finally, it is imperative that the plants have water with an acidity reading of approximately 4.5 to 5 pH.1 Where the local water supply is very alkaline, some method of putting it on the acid side must be arranged. It is advisable to have the water supply analyzed and a remedy for deficiency suggested by a local chemist.

Some growers collect rain for watering, but if this is done they should be sure that the roof has not been sprayed with any injurious paint or stain. Other growers dip watering cans into vats containing water whose pH has been altered by the addition of acid. Hydrochloric acid is most frequently used, but resultant acidity should be checked by some sort of acid meter. It is wisest to consult a chemist about exact methods.

Dendrobiums need to be repotted immediately after flowering since they start new growth almost at once. Osmunda agrees with them, although the addition of sphagnum is often helpful. The deciduous canes may be cut from D. nobile and D. superhum and laid on the gravel under the benches.

They will break at the eyes and form new plantlets. Dendrobiums may be accommodated in a variety of containers, but, since they thrive in confinement, the receptacle should be as small as possible. Rafts or baskets are suitable for the drooping types.

Drooping canes should be allowed to follow their inclination unless room is scarce, in which case they may be tied up. Other types will do well in pots with Osmunda as medium. See Dendrobium care

Cymbidium Orchid Care

Cymbidium
A book might well be devoted solely to cymbidiums and cymbidium orchid care. There is a lot to learn about this beautiful species.

The genus cymbidium is a hardy one reaching an ever greater and well-deserved popularity. Plants are sympodial, terrestrial, semiterrestrial, and epiphytic. They are grown outdoors under lath in the tropics and thrive particularly on the West Coast of North America, where Southern California hopes to become the Cymbidium center of the world.

The plants have great solid pseudobulbs and very long grass-like leaves. From the depths of this graceful foliage (waist high), the flowers climb along tall, sturdy stems, usually erect, but drooping in some species.

This handsome spray orchid has lent itself so well to hybridizing that it has attained a perfection in flower, of size and shape that rivals the Cattleya, and in range of color it is surpassed by no other orchid.

Cymbidium orchid care take patience and practice. Species of cymbidium have proved strangely difficult to grow under artificial conditions, probably owing to the difficulty of giving them proper aeration.

For that reason as well as for their superior beauty and size, the hybrids are far better known than the species. They must be grown in a cool house or outdoors.

This cymbidium orchid care tip is very important. Only experience will give the grower an understanding of the kind of aeration that is best for his particular collection in his particular circumstances.

It is surprising how quickly, with conscientious observation, the grower comes to recognize the needs of her plants.

Remember this cymbidium orchid care tip, because cymbidiums are native to the Himalayas, they require controlled sun and cool conditions with abundant air for optimal growing conditions.

Now, when it comes to cymbidium orchid care, every grower has his favourite mix of compost and these splendid plants do gratifyingly well in all mixes. They are terrestrials and so do well in straight soil, although they seem to do best on a rich, well-drained medium.

Old, clean Osmunda, collected when un-potting cattleyas and other species, is excellent for this purpose. A formula highly recommended by a successful grower is three parts of leaf mold (oak and sycamore), one part disintegrated granite, one-half part fibrous peat, and one-half part turf and sand.

One grower's wife has been heard to complain that her husband tears up the front lawn to get potting material for his cymbidiums.

When it comes to cymbidium orchid care, the use of fertilizer is a controversial matter, but it is probably good for these heavy feeders. Addition of leaf mold is always recommended.

Cymbidiums need moisture at the roots at all times and correspondingly good drainage. Since these plants grow enormous bulbs, a large pot is necessary.

The time for repotting is late spring when new growths are just beginning. Backbulbs may be removed without disturbing the plant and they will start new plants from the dormant eyes.

When potted the backbulbs should be centered in the pot since there is no way of predicting the direction in which the eye will break. They should be potted firmly, although not so tightly as Cattleyas, and they may be held fast with a stake.

A few cymbidium orchid care tips to help you.